Mengawali dan Mengakhiri…

Aku awali awal pagi ini dengan ucapan syukur alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Esa yang Telah menjaga hamba-Nya yang hina dan lemah ini dari berbagai kesulitan hidup yang membelit. Kesulitan yang dibuat oleh dirinya sendiri, dzolim dan pendzoliman oleh diri sendiri, sehingga ia terasa asing dan jauh dari hakikat dan jati dirinya dan kehidupan hakiki, untuk apa ia hidup dan kemanakah akan berakhir semua kehidupannya.

Alhamdulillah, pagi ini hari rabu 24 februari 2010, saya memulai aktifitas untuk mengarungi ruang waktu di hari ini dengan pertama kali mengingat dan menyebut-Nya “Alhamdulillahiirabbil‘alamien” ucapan syukur, “terima kasih yang tiada tara dan tiada batas wahai Dzat yang Maha Suci dan Maha Luhur, yang telah membangunkan hamba yang hina ini untuk tepat waktu bangun menyapa diri-Mu diwaktu Subuh, mengingat kembali dan merajut benang silaturrahmi antara aku dan diri-Mu wahai Dzat Yang Maha Pemaaf dan Penyantun.”
Kesempatan pagi ini aku persembahkan untuk menulis untaian perasaan melalui tulisan ini agar terutama saya mampu memanfaatkan  waktu yang telah diberikan Allah SWT kepada ku, sebab aku tahu bahwa sebaik-baiknya Hamba-Nya adalah Hamba yang bersyukur atas nikmat waktu yang telah diberikan hari ini sebagai tambahan usia.
Bersyukur berarti memaksimalkan seluruh potensi yang ada termasuk tambahan usia guna memanfaatkannya ke arah yang lebih baik, khairukum ‘anfa’uhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada manusia, manfaat dengan caara tidak menjadi beban atas orang lain, manfaat untuk mengurangi beban kehidupan orang lain, manfaat untuk selalu atta’awun ‘alal birri wattaqwa “berloba-loma dalam hal mengejar dan mendapatkan kebaikan-ketakwaan”

Kebaikan adalah sifat dasar manusia, ialah fitrah, kecenderungan manusia untuk sealu berbuat hanif, untuk selalu mengikuti naluri ketuhanan, sebab ia (manusia) memiliki sifat ketuhanan, manusia menjadi pemaaf, pengasih, penyantun, cerdas  serta potensi sifat ketuhanan lainnya. Sebab ia (manusia) diciptakan demikian, untuk menjadi khalifah fil’ardi, menjadi pen-sejahtera dan pendamai bumi, menjadi Rasul, utusan Tuhan yang dikirim ke bumi unuk menebar kebajikan, memenuhi panggilan dan janji Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia di sisi-Nya.

Namun, ia juga memiliki kecenderungan untuk berbuat jahat, dzalim dan mengingkari atas cahaya hidayah yang dipancarkan Tuhan kepada-Nya, sifat keangkuhan dan keserakahan, kesombongan dan keras kepala yang dimiliki oleh manusia akibat nafsu yang lebih mengarahkan kepada kenistaan dan kedzaliman.
Lebih dari keduanya, Manusia diberikan seperangkat kebebasan untuk memilih diantara jembatan tersebut untuk di lalui dalam hidupnya guna  mencapai tujuan akhir hidup ini.

Astaghfiruka wa atubu  ilaika..